Home Sastra & OpiniCerita RakyatAsal-Usul Batu Keramat Tanjung Balantak

Asal-Usul Batu Keramat Tanjung Balantak

by : @Aksara-Nusantara
363 👁️

Di pesisir Balantak, Sulawesi Tengah, dulu hiduplah nelayan sederhana bernama Ongki. Setiap pagi ia melaut bersama istrinya Lina, membawa perahu kecil menjala ikan di teluk yang berombak tenang. Meski hidup sederhana, mereka selalu merasa cukup dan bahagia.

Munculnya Batu Ajaib

Suatu hari saat Melaut, Ongki melihat cahaya aneh di ujung tanjung. Ia mendekat dan menemukan batu besar yang memancarkan sinar lembut. Batu itu tampak halus, berbentuk lonjong, dan terkandung ukiran pola khas suku Balantak. Penduduk desa percaya ia adalah batu keramat yang turun dari langit demi melindungi Balantak.

Teguran Alam

Anehnya, setelah kemunculan batu itu, badai tiba-tiba melanda—ombak besar berhembus, ikan-ikan menjauh, dan kesehatan Lina menurun. Tua-tua desa mengkhawatirkan marabahaya yang bisa datang jika batu itu diganggu.

Pengabdian Ongki

Ongki merasa terpanggil untuk menjaga batu yang setelah itu disebut Batu Tanjung Balantak. Ia mendirikan pondok kecil di tepi tanjung, menjaganya siang dan malam. Ia tidak berani mengganggu atau memindahkan batu tersebut, meski kecewa karena badai terus datang. namun suatu malam, dalam sebuah mimpi, muncul sosok nenek putih. Ia berkata:

“Ongki, jangan takut. Batu ini adalah penjaga keseimbangan laut dan langit. Selama kau melindunginya tanpa niat merusak, Tuhan akan tetap memberikan rezeki. Keserakahan yang akan menimbulkan malapetaka.”

Harmoni Kembali

Ongki terbangun dan kembali menjaga batu dengan tulus. Ia memanjatkan doa setiap sore untuk keselamatan alam. Sejak itu, badai yang datang menjadi semakin ringan, dan ikan pun kembali menghampiri perairan Balantak. Lina pulih, dan penduduk bersyukur atas perlindungan alam yang terpadu.

Pewarisan

Ongki mengajarkan generasi berikutnya untuk menjaga Batu Tanjung Balantak. Setiap tahun, diadakan ritual sederhana: doa bersama di pondok batu, menyebar sedikit hasil laut ke laut sebagai tanda syukur, tanpa menyentuh atau memindahkan batu keramat itu. Dan sejak saat ini Batu keramat di Balantak menjadi simbol keharmonisan antara manusia, laut, dan langit.

“Cerita (nama cerita) ini akan terus diceritakan dari generasi ke generasi, sebagai pengingat akan nilai-nilai luhur nenek moyang kita. Dan nama/tokoh dalam cerita ini hanyalah karangan penulis. Mohon maaf apabila ada kesamaan nama/tokoh dan tempat”

…Terimah kasih…

Kabar Terkait