Home InternasionalIslah Bahrawi: Perang Iran-Israel adalah Ambisi Politik, Jangan Seret Agama

Islah Bahrawi: Perang Iran-Israel adalah Ambisi Politik, Jangan Seret Agama

by aksara
29 views

Jakarta – Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi, memberikan pandangan tajam terkait konflik antara Iran dan Israel. Menurutnya, perang yang terjadi bukanlah pertarungan teologis, melainkan murni konflik politik dan perebutan kekuasaan yang akarnya berasal dari warisan kolonialisme. Ia dengan tegas menyerukan agar agama tidak diseret-seret untuk melegitimasi kekerasan.

“Ketika agama menjadi alat legitimasi, maka semua kejahatan akan terlihat terhormat,” ujar Islah dalam forum diskusi Indonesia Lawyers Club. Ia mengkritik keras kedua belah pihak, baik pendukung Iran maupun Israel, yang kerap menggunakan kutipan kitab suci untuk membenarkan tindakan mereka.

Menurutnya, penggunaan narasi “tanah yang dijanjikan” atau klaim-klaim teologis lainnya adalah pola yang sama seperti yang terjadi selama ribuan tahun di Yerusalem, yang ia sebut sebagai “kota yang dibangun dari reruntuhan puing-puing perang.”

“Ini adalah gambaran bahwa tidak boleh aksi-aksi dehumanisme itu kemudian dilegitimasi oleh sitiran ayat-ayat atau atas nama agama apapun,” tegasnya. “Agama apapun selalu mengajarkan kasih, cinta, dan kedamaian. Kalau kemudian ada manusia berperang, itu karena persoalan politik, persoalan kekuasaan, ekspansi kekuasaan.”

Islah Bahrawi juga menekankan bahwa konflik yang terjadi di Timur Tengah, termasuk pertikaian India-Pakistan hingga Papua, merupakan “tanggung renteng dari produk-produk kolonial.” Ia menjelaskan, “Tanah orang lain diputuskan oleh orang lain untuk dibagi-bagi, dan hari ini semua berkecamuk.”

Menanggapi pertanyaan tentang siapa pemenang dalam perang Iran-Israel, Islah menolak untuk terjebak dalam dikotomi tersebut. Baginya, dalam perang tidak pernah ada pemenang sejati.

“Dalam perang enggak ada yang menang. Jangan pernah berharap ada kesimpulan benar dan salah dari satu perang. Yang ada adalah jumlah kematian dan serdadu yang terpaksa tersungkur,” katanya, mengutip pandangan filsuf dan penulis.

Ia menegaskan bahwa yang menjadi korban utama dalam setiap konflik adalah kemanusiaan itu sendiri. Oleh karena itu, pembelaan terhadap pihak yang tertindas, seperti warga Palestina di Gaza, tidak seharusnya didasarkan pada sentimen agama, melainkan pada nilai kemanusiaan universal.

“Saya membela Palestina bukan karena Islam, karena di Palestina ada orang Kristen juga,” jelas Islah. “Kemanusiaan itu beyond dari semua agama. Orang sebelum mengenal agama, menjadi manusia dulu.”

Di akhir paparannya, Islah berharap agar perang ini segera berakhir dan tidak ada pihak manapun yang menggunakan senjata nuklir. Ia kembali menyerukan agar semua pihak berhenti menggunakan agama untuk membenarkan ambisi politik, karena hal tersebut hanya akan merusak citra agama dan peradaban manusia.

“Perang Iran dan Israel ini adalah perang politik. Jangan dilegitimasi dengan berbagai keyakinan teologis, seolah-olah Tuhan itu kejam banget,” pungkasnya.