Home Ekonomi & PariwisataUMKMUMKM Gula Aren Bolobungkang Punya Potensi Ekonomi Tinggi, Tapi Masih Terkendala Pemasaran

UMKM Gula Aren Bolobungkang Punya Potensi Ekonomi Tinggi, Tapi Masih Terkendala Pemasaran

by aksara
39 views

BANGGAI, SULTENG — Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) gula aren di Desa Bolobungkang, Kecamatan Nuhon, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, tengah menghadapi tantangan serius di bidang pemasaran. Padahal, komoditas lokal ini memiliki potensi ekonomi yang besar dan menjadi sumber penghidupan utama masyarakat setempat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Tompotika Luwuk mengungkapkan, produksi gula aren di desa ini bisa mencapai 321 kilogram per hari atau sekitar 10,7 kg per petani. Tanaman aren yang tumbuh subur secara alami di wilayah ini diolah menjadi gula aren yang berkualitas. Namun, lemahnya akses pasar dan ketergantungan terhadap tengkulak membuat petani belum mendapatkan keuntungan maksimal.

Dua Saluran Pemasaran, Sama Margin Tapi Beda Efisiensi

Penelitian yang melibatkan 30 petani, 9 pedagang pengecer, dan 3 pedagang pengumpul ini mengidentifikasi dua saluran pemasaran utama.

Saluran pertama melibatkan rantai Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang Besar → Konsumen. Sementara saluran kedua lebih singkat, yakni Petani → Pedagang Besar → Konsumen.

Kedua saluran menghasilkan margin pemasaran yang sama, yaitu Rp1.500 per buah gula aren. Namun, saluran pertama dinilai lebih efisien karena hanya memerlukan biaya pemasaran sebesar Rp179,30 per buah, dibandingkan saluran kedua yang mencapai Rp657,48 per buah.

“Dari sisi efisiensi pemasaran, saluran pertama lebih baik dengan rasio biaya terhadap nilai penjualan sebesar 0,03%,” ungkap Fajri Pakaji, peneliti utama dari Program Studi Agribisnis Universitas Tompotika Luwuk. Sebaliknya, saluran kedua meskipun mencatat nilai penjualan tertinggi yakni Rp54,48 juta, namun efisiensinya lebih rendah karena beban biaya logistik yang lebih besar.

Tantangan Lapangan: Tengkulak dan Transportasi

Penelitian ini juga mengungkap sejumlah tantangan besar yang dihadapi para pelaku UMKM gula aren. Mayoritas petani masih bergantung pada pedagang pengumpul (tengkulak) yang kerap memberikan harga beli rendah. Selain itu, minimnya akses ke pasar yang lebih luas dan tingginya biaya logistik seperti transportasi dan tenaga kerja menjadi kendala utama.

“Petani memerlukan pelatihan dan pendampingan agar mampu menjangkau konsumen secara langsung, baik melalui pasar modern maupun platform digital,” kata Fajri.

Harapan dan Dukungan Pemerintah

Selain menjadi sumber penghasilan, gula aren juga berperan dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk mengurangi produksi minuman keras dari nira. Oleh karena itu, pengembangan UMKM gula aren bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga menyangkut aspek sosial dan budaya masyarakat desa.

Peneliti merekomendasikan agar pemerintah daerah dan stakeholder terkait turut terlibat dalam membangun sistem pemasaran yang adil dan efisien. “Dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi ekonomi desa,” tegas Fajri.