Berita dan analisis terbaru seputar dunia politik, baik nasional maupun internasional. Temukan informasi mendalam tentang kebijakan pemerintah, dinamika partai politik, pemilu, serta isu-isu politik terkini yang memengaruhi kehidupan masyarakat.
Jakarta – Penunjukan Jaka Budi Utama, mantan anggota Tim Mawar, sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai oleh Presiden Prabowo Subianto dinilai sebagai pertaruhan politik yang besar. Wartawan senior investigatif, Panda Nababan, menilai langkah ini bukan sekadar pemberian jabatan kepada orang dekat, tetapi menjadi beban moral dan tanggung jawab langsung bagi Prabowo.
“Dengan Prabowo menaruh Tim Mawar di institusi strategis seperti Bea Cukai, itu justru jadi beban. Dia terhutang untuk membuktikan bahwa keputusannya tepat,” ujar Panda dalam podcast Keadilan TV.
Bea Cukai dan Godaan “Babani Hepeng”
Panda menyoroti bahwa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah salah satu institusi yang paling rawan korupsi. Ia menyebut istilah Batak “babani hepeng” (mulutnya uang) sebagai gambaran tantangan besar yang dihadapi Jaka Budi.
“Inilah kesempatan emas baginya untuk menebus masa lalu, menunjukkan prestasi, dan membersihkan nama lembaga sekaligus Tim Mawar,” tegas Panda.
Figur Pembanding: Tahir dari Era Orde Baru
Panda mengingatkan pentingnya tolok ukur integritas. Ia mencontohkan sosok Brigjen (Purn) Tahir, mantan Dirjen Bea Cukai di masa Orde Baru, yang dikenal tegas dan berani menolak intervensi elite kekuasaan.
“Pak Tahir menolak permintaan Ali Murtopo dan Benny Murdani. Bahkan, ia secara diam-diam memberi informasi ke saya soal penyelundupan kontainer milik seorang jenderal. Itu mental yang luar biasa,” katanya.
Menurut Panda, jika Jaka Budi gagal menjalankan tugas secara bersih, maka dampaknya akan langsung merusak citra Presiden Prabowo.
“Kalau Jaka Budi gagal, snapshot-nya itu langsung ke Prabowo,” ucapnya.
Prabowo Pernah Klarifikasi Soal Tim Mawar
Dalam diskusi tersebut, Panda juga membagikan pernyataan langsung yang pernah ia dengar dari Prabowo terkait penculikan aktivis 1998.
“Prabowo bilang ke saya, yang melakukan penculikan bukan hanya Tim Mawar. Ada juga institusi lain. Dan semua yang ditangkap Tim Mawar itu, menurut dia, bisa dipertanggungjawabkan—ada yang dikembalikan ke orang tuanya, ada yang dirawat di rumah sakit, semua tercatat,” ungkap Panda.
Meski begitu, ia mengakui bahwa citra Tim Mawar di mata publik tetap menyeramkan, terutama bagi para aktivis era reformasi.
Peluang atau Bumerang Politik
Penunjukan ini, menurut Panda, merupakan bagian dari tantangan lebih besar dalam pemerintahan Prabowo. Ia menilai banyak isu publik dibiarkan liar, termasuk soal akun “Fufu Fafa” hingga polemik ijazah Presiden Joko Widodo.
“Kalau memang ada fitnah, perintahkan cyber untuk periksa. Kalau tidak benar, ya akhiri polemik itu,” desaknya.
Panda menilai Prabowo sebagai sosok yang cukup dekat untuk meminta klarifikasi langsung kepada Jokowi demi meredam berbagai spekulasi yang berkembang di masyarakat.
Penunjukan Jaka Budi, kata Panda, akan menjadi penilaian awal terhadap kemampuan Prabowo membangun pemerintahan yang bersih dan responsif terhadap warisan kontroversial masa lalu.
“Kalau berhasil mereformasi Bea Cukai, itu jadi penebusan. Tapi kalau gagal, tambah rusak lagi nama Tim Mawar,” tutupnya.
Sumber : KeadilanTV