Home Sastra & OpiniCerita RakyatMisteri Kuburan Perahu dan Mata Air Batu yang Tak Pernah Kering di Luwuk Banggai

Misteri Kuburan Perahu dan Mata Air Batu yang Tak Pernah Kering di Luwuk Banggai

by aksara
24 views

Luwuk, Sulawesi Tengah – Di salah satu desa di Kabupaten Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah, terdapat dua situs yang dipercaya masyarakat sebagai tempat sakral penuh misteri: kuburan perahu dan mata air batu. Keduanya tidak hanya menarik perhatian warga lokal, tetapi juga menjadi magnet spiritual bagi peziarah dari berbagai penjuru.

Di tengah hamparan perkebunan warga Desa Lobu, berdiri sebuah makam berbentuk perahu tradisional yang terbuat dari kayu. Tak seperti kuburan pada umumnya, jasad dalam makam ini tidak dikubur dalam tanah, melainkan diletakkan di atas tanah dalam sebuah perahu. Menurut cerita yang diwariskan turun-temurun, salah satu dari dua jasad yang dimakamkan di sana adalah tokoh masyarakat yang memiliki kesaktian tinggi dan dihormati oleh warga.

“Almarhum ini belum menganut agama Islam ataupun Kristen, sehingga dikuburkan dalam perahu. Ia dikenal sebagai sosok sakti dan pelindung masyarakat,” ujar salah satu keturunannya. Hingga kini, hanya ahli waris yang diizinkan membuka atau melihat isi makam, sementara orang luar yang melanggar dipercaya akan mengalami petaka, dari kesurupan hingga gangguan fisik mendadak.

Selain makam perahu, desa tersebut juga menyimpan mata air batu yang tak kalah penuh misteri. Terletak tepat di tengah jalan desa, mata air ini tidak pernah kering, bahkan di musim kemarau panjang. Airnya dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan, membuat warga kerap datang untuk membasuh muka atau mengambil air.

Namun di balik kesegarannya, lokasi ini juga dikenal angker. Warga kerap menceritakan penampakan sosok wanita cantik yang duduk di tepi mata air pada malam hari, menggoda pengendara yang lewat untuk memberi tumpangan. Anehnya, setibanya di desa tujuan, sosok tersebut menghilang tanpa jejak.

Tokoh agama setempat mengingatkan bahwa menurut ajaran Islam, jasad manusia seharusnya dikubur dalam tanah, sebagaimana asal mula penciptaannya dari saripati tanah. Namun, mereka juga mengakui adanya dimensi spiritual dan tradisi lokal yang masih dijunjung masyarakat hingga kini.

Fenomena ini menggambarkan percampuran nilai kepercayaan lokal, tradisi leluhur, dan agama yang terus hidup berdampingan di masyarakat Luwuk Banggai. Di tengah modernitas, kisah-kisah seperti ini tetap lestari—menghadirkan rasa takjub, waspada, sekaligus rasa hormat terhadap warisan budaya yang menyimpan banyak hal tak terjelaskan oleh logika.