Home PolitikRidwan Habib: Ancaman Teror dan Oligarki Tak Bahagia Bisa Ganggu Pemerintahan Prabowo

Ridwan Habib: Ancaman Teror dan Oligarki Tak Bahagia Bisa Ganggu Pemerintahan Prabowo

by admin
29 views

Jakarta – Analis intelijen dan Direktur Indonesia Intelligence Institute, Ridwan Habib, menilai dua insiden ancaman bom terhadap pesawat Saudi Airlines yang mengangkut jemaah haji asal Indonesia sebagai bentuk teror dengan modus baru yang sarat muatan intelijen.

Dalam diskusi di podcast MadiLok, Ridwan menyebut ancaman itu tidak sekadar kriminal biasa, melainkan bagian dari upaya sistematis untuk menciptakan ketakutan publik.

“Ini jelas teror. Saya meyakini dua peristiwa itu bagian dari operasi intelijen. Modus baru untuk mengganggu ketenangan dalam negeri,” ujarnya.

Ancaman tersebut dikirim via email dan radio berteknologi VPN, dan dilacak berasal dari India. Ridwan menduga kemungkinan besar ini berkaitan dengan konflik geopolitik India–Pakistan yang melibatkan negara ketiga seperti Indonesia dan Arab Saudi. Namun, ia tidak menutup kemungkinan skenario false flag untuk menciptakan friksi internasional.

Oligarki Era Jokowi Dinilai Jadi Potensi Ancaman

Ridwan juga mengangkat potensi ancaman dari dalam negeri, khususnya dari kelompok oligarki yang sebelumnya mendapat keuntungan besar selama dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo.

“Kelompok bisnis yang dulu diuntungkan bisa jadi sekarang merasa rugi. Mereka punya niat, sumber daya, dan ruang untuk mengganggu stabilitas,” katanya.

Menurutnya, ancaman ini bisa dilakukan melalui dua modus utama:

  1. Serangan Propaganda di Media Sosial – Dengan memanfaatkan platform seperti TikTok, YouTube, dan Snack Video untuk membentuk opini publik negatif terhadap pemerintahan Prabowo.
  2. Operasi Tertutup di Wilayah – Melalui agen lapangan untuk membangun jaringan dan menciptakan titik ketegangan di sejumlah daerah.

Ridwan memperkirakan kelompok ini bisa memanfaatkan jasa intelijen swasta (private intelligence) untuk menjalankan agenda mereka. Ia meyakini lembaga negara sudah menyadari hal ini dan mulai bergerak antisipatif.

Mengintip Dapur Intelijen Istana

Sebagai mantan Tenaga Ahli Utama di Kantor Staf Presiden (KSP), Ridwan juga memaparkan bagaimana informasi intelijen dikonsolidasikan di lingkaran istana.

  • Laporan Harian BIN: Dikirim setiap pagi pukul 07.00. Di era Jokowi, laporan diringkas dalam bentuk grafik maksimal lima lembar. Sebelumnya di era SBY, laporan bisa mencapai ratusan halaman. Di era Prabowo, format laporan memadukan teks dan visual.
  • Minimnya Intelligence Sharing: Rivalitas antar lembaga intelijen seperti BIN dan BAIS masih menjadi hambatan, di mana tiap lembaga bekerja sendiri dan tidak berbagi data secara optimal.
  • Penasihat Khusus Presiden: Ridwan juga menyebut adanya figur kepercayaan Presiden, sejak era Jokowi, yang tidak menjabat di lembaga resmi namun berperan sebagai penasihat utama di bidang keamanan. “Orangnya masih ada di kabinet Prabowo sekarang,” katanya.

Ancaman Nyata Bukan dari Internal

Ridwan menilai tim inti pemerintahan Prabowo cukup solid dan loyal, terutama karena banyak diisi orang-orang lama dari pemerintahan sebelumnya. Justru ancaman serius menurutnya datang dari luar—baik asing maupun kelompok domestik yang merasa kepentingannya terganggu akibat pergantian kekuasaan.

“Yang kita hadapi bukan hanya gangguan keamanan biasa, tapi juga potensi sabotase yang terorganisir,” pungkasnya.

Related Articles